Klasifikasi organisme sebetulnya mempunyai prinsip dasar yang sederhana, seperti halnya klasifikasi yang dilakukan pada berbagai obyek lain yang dilakukan oleh manusia (klasifikasi batuan, tanah, gunung, awan, logam, unsur dan lain-lain). Klasifikasi organisme mempunyai tujuan untuk memudahkan mempelajari organisme yang jumlah dan keragamannya sangat banyak, dengan diklasifikasikan maka akan dapat dipelajari secara sistematis sehingga keragaman organisme yang luar biasa banyaknya ini bisa lebih mudah dikenali dan dipelajari.
Ada dua hal yang harus dipahami dalam memandang klasifikasi organisme : 1. Klasifikasi dilakukan atau dimunculkan / diusulkan dengan suatu landasan atau dasar tertentu. Dasar yang diusulkan adalah karakter penting organisme atau kelompok organisme yang secara filogenetik menjelaskan hubungan kekerabatan. Karakter mana yang tepat dijadikan dasar dapat terus berubah sesuai dengan temuan atau data baru, hal ini menyebabkan klasifikasi organisme senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan pengetahuan.
2. klasifikasi bersifat dinamis, artinya akan berubah dan berkembang terus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan manusia. Dengan perkembangan pengetahuan dan adanya temuan/informasi /bukti baru maka akan dapat lebih menjelaskan hubungan kekerabatan organisme, sehingga posisi klasifikasi suatu organisme/kelompok organisme juga berubah (Klasifikasi yang kita gunakan adalah sistem filogenetik). Tiga sisstem klasifikasi yaitu alami, buatan dan filogenetik bukan merupakan sistem klasifikasi yang paralel ada dan berlaku bersamaan, ketika kita mempelajari 3 sistem klasifikasi tersebut hendaknya juga ditempatkan dalam konteks sejarah klasifikasi organisme, dua sistem klasifikasi yaitu sistem klasifikasi alami dan buatan sudah tidak digunakan lagi. Saat ini kita mengacu pada sistem klasifikasi filogenetik, oleh karena itu klasifikasi disusun dan terus diperbaiki agar dapat menjelaskan hubungan filogenetik/kekerabatan. Takson-takson yang berdekatan berarti mempunyai kekerabatan yang dekat sebaliknya takson-takson yang berjauhan berarti mempunyai kekerabatan yang jauh pula. Klasifikasi terus berubah dan diperbaiki sesuai dengan bukti-bukti atau temuan baru yang dapat memberi landasan untuk menjelaskan hubungan kekerabatan.
Dua hal ini sering tidak dipahami sehingga kita banyak menemukan kesalahan-kesalahan dalam klasifikasi organisme yang dikemukakan oleh “pakar” biologi yang menulis buku ajar atau bahkan yang menyususun materi kurikulum sekolah menengah di Indonesia. Sehingga seharusnya ketika mengemukakan alternative klasifikasi organisme harusnya juga harus dikemukanan dasar klasifikasi organism yang dikemukakan tersebut, bila perlu kita menuliskan nama ahli taksonomi yang mengusulkan klasifikasi tersebut atau buku acuan yang digunakan mengenai klasifikasi organisme tersebut. Dengan memahami klasifikasi organisme adalah sesuatu yang dinamis maka seharusnya sebelum kita mengemukakan alternative klasifikasi organisme kita mengkaji, menganalisis dulu apakah klasifikasi organisme yang akan kita kemukakan adalah klasifikasi yang terbaru sesuai dengan perkembangan pengetahuan atau klasifikasi organisme yang sudah kadaluwarsa. Dengan perkembangan teknologi Internet saat ini tidak ada alas an lagi untuk mengatakan bahwa kita menggunakan alternative klasifikasi yang sudah kadaluwarsa karena tidak adanya buku atau literature terbaru yang dijadikan rujukan.
Klasifikasi organisme bukan hanya sekedar untuk dipelajari, apalagi untuk sekedar di hapalkan, klasifikasi organisme juga harus didekati sebagai suatu ilmu yang dapat diaplikasikan, sehingga siapapun dapat melakukan / mengusulkan pengelompokan organisme dengan catatan mengikuti kaidah-kaidah yang telah disepakati. Dengan demikian pembelajaran mengenai pengelompokan organisme juga hendaknya diarahkan untuk memberikan kemampuan membuat alternative klasifikasi organisme atau paling tidak mengerti cara bagaimana suatu katagori taksonomi diusulkan / dibentuk oleh ahli taksonomi. Indonesia merupakan wilayah yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi (megabiodiversity), sehingga sangat mungkin untuk ditemukan species-species baru yang sebelumnya belum teridentifikasi, dengan demikian minimal kita mengaplikasikan untuk bisa mengusulkan nama species baru yang masih sangat mungkin banyak ditemukan, apalagi untuk Invertebrata yang jumlah dan keragamannya sangat tinggi. Saat ini dengan perkembangan IPTEK kajian pada tingkatan taxon subspecies sangat berkembang, sehingga banyak usulan / temuan baru untuk tingkatan taxon subspecies.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar